Minggu, 23 Februari 2014


PENGENDALIAN PERSEDIAAN DALAM MANAJEMEN OPERASI
MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Operasi
Dosen Pembina:
Bpk. Adman, S.Pd., M.Pd.


Disusun oleh:
                                        Soni Setiawan            (1002131)
                                        Eva Rosdheana          (1203457)
                                        Indah Indriani            (1206420)
                                        Abdul Holid               (1203898)
                                        Serra Oktafoura S      (1203466)
                                       


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013


KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah swt. atas rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Pengendalian Persediaan dalam Manajemen Operasi” telah selesai disusun. Shalawat serta salam tercurahlimpahkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Manajemen Operasi yang dibimbing oleh Bpk. Adman, S.Pd., M.Pd. Makalah ini terselesaikan karena bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini penulis sampaikan terima kasih atas segala partisipasi dari pihak-pihak yang membantu hingga tersusunnya makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Untuk pembelajaran agar lebih baik ke depannya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat menjadi media belajar dan bermanfaat bagi pembaca.



Bandung, 11 November 2013


Penulis




BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang

Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah  pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan secara fisik akan berkaitan dengan investasi dalam aktiva lancar di satu sisi dan pelayanan kepada pelanggan di sisi lain. Pengaturan persediaan ini berpengaruh terhadap semua fungsi bisnis (operation, marketing, dan finance). Berkaitan dengan persediaan ini terdapat konflik kepentingan diantara fungsi bisnis tersebut. Finance menghendaki tingkat persediaan yang rendah, sedangkan Marketing dan operasi menginginkan tingkat persediaan yang tinggi agar kebutuhan konsumen dan kebutuhan produksi dapat dipenuhi.
Usaha untuk mencapai tujuan tersebut tidak terlepas dari prinsip-prinsip ekonomi, yaitu jangan sampai biaya-biaya yang dikeluarkan terlalu tinggi. Baik persediaan yang terlalu banyak, maupun terlalu sedikit akan minimbulkan membengkaknya biaya persediaan. Jika persediaan terlalu banyak, maka akan timbul biaya-biaya yang disebut carrying cost, yaitu biaya-biaya yang terjadi karena  perusahaan memiliki persediaan yang banyak, seperti: biaya yang tertanam dalam persediaan, biaya modal (termasuk biaya kesempatan pendapatan atas dana yang tertanam dalam persediaan), sewa gudang,  biaya administrasi pergudangan, gaji pegawai pergudangan, biaya asuransi, biaya pemeliharaan persediaan, biaya kerusakan/kehilangan,
Begitu juga apabila persediaan terlalu sedikit akan menimbulkan biaya akibat kekurangan persediaan yang biasa disebut stock out cost seperti: mahalnya harga karena membeli dalam partai kecil, terganggunya proses produksi, tidak tersedianya produk jadi untuk pelanggan.Jika tidak memiliki persediaan produk jadi terdapat 3 kemungkinan, yaitu: 1). Konsumen menangguhkan pembelian (jika kebutuhannya tidak mendesak). Hal ini akan mengakibatkan tertundanya kesempatan memperoleh keuntungan. 2). Konsumen membeli dari pesaing, dan kembali ke perusahaan (jika kebutuhan mendesak dan masih setia). Hal ini akan menimbulkan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan selama persediaan tidak ada. 3). Yang terparah jika pelanggan membeli dari pesaing dan terus pindah menjadi pelanggan pesaing, artinya kita kehilangan konsumen.
Selain biaya di atas dikenal juga biaya pemesanan (ordering cost) yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan sejak penempatan pesanan sampai tersedianya bahan/barang di gudang. Biaya-biaya tersebut antara lain: biaya telepon, biaya surat menyurat, biaya adminisrasi dan penempatan pesanan, biaya pemilihan pemasok, biaya pengangkutan dan bongkar muat, biaya penerimaan dan pemeriksaan bahan/barang.
Berkaitan dengan kondisi di atas, maka perlu ada pengaturan terhadap jumlah persediaan, baik bahan-bahan maupun produk jadi, sehingga kebutuhan proses produksi maupun kebutuhan pelanggan dapat dipenuhi. Tujuan utama dari pengendalian persediaan  adalah agar perusahaan selalu mempunyai persediaan dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam spesifikasi atau mutu yang telah ditentukan sehingga kontinuitas usaha dapat terjamin (tidak terganggu).

1.2.   Rumusan Masalah

Pengendalian persediaan merupakan salah satu topik yang sangat terkait dengan tujuan manajemen operasi, yaitu meminimalkan total biaya dan meningkatkan service level. Mengapa demikian? karena dengan mengelola persediaan dengan tepat perusahaan akan meraih keduanya sekaligus. Jika rata-rata level persediaan dapat diturunkan maka secara tidak langsung salah satu komponen biaya produksi dapat ditekan, yang berujung pada peningkatan margin keuntungan. Satu aspek lainnya yang dapat dicapai dengan pengelolaan persediaan yang tepat adalah service level kepada pelanggan meningkat, atau minimal tidak turun. Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam Pengendalian Persediaan dalam Manajemen Operasi adalah sebagai berikut:
1)        Apa pengertian dari Persediaan dan Pengendalian Persediaan (Inventory Control)?
2)        Apa saja jenis-jenis pengendalian persediaan?
3)        Apa saja manfaat adanya pengendalian persediaan?
4)        Apakah fungsi dari pengendalian persediaan dalam sebuah organisasi atau perusahaan
5)        Hal-hal apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pengendalian persediaan?
6)        Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pengendalian persediaan?
7)        Bagaimana metode yang dapat digunakan dalam pengendalian persediaan?

1.3.   Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah di atas, dapat diketahui bahwa tujuan penulisan makalah ini adalah:
1)        Mengetahui pengertian Persediaan dan Pengendalian Persediaan (Inventory Control).
2)        Mengetahui apa saja jenis-jenis pengendalian persediaan.
3)        Memahami apa saja manfaat adanya pengendalian persediaan.
4)        Mengetahui fungsi dari pengendalian persediaan dalam sebuah organisasi atau perusahaan.
5)        Memahami hal-hal apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pengendalian persediaan.
6)        Mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pengendalian persediaan.
7)        Memahami bagaimana metode yang dapat digunakan dalam pengendalian persediaan.


1.4.   Manfaat Penulisan

Penulis berharap dengan adanya penulisan makalah ini dapat memenuhi kebutuhan pembaca mengenai pengetahuan Pengendalian Persediaan dalam Manajemen Operasi. Dimana kita harus menyadari pentingnya pengelolaan persediaan dalam sebuah organisasi/perusahaan. Persediaan merupakan investasi yang membutuhkan modal besar. Persediaan memiliki pengaruh pelayanan terhadap pelanggan. Persediaan juga berpengaruh pada fungsi operasi, pemasaran, dan fungsi keuangan.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA


2.1.   Pengertian Pengendalian Persediaan

Persediaan
Persediaan (inventory) adalah bahan-bahan atau barang (sumberdaya-sumber daya organisasi) yang disimpan yang akan dipergunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk proses produksi atau perakitan, untuk suku cadang dari peralatan, maupun untuk dijual. Walaupun persediaan hanya merupakan suatu sumber dana yang menganggur, akan tetapi dapat dikatakan tidak ada perusahaan yang beroperasi tanpa persediaan.
Persediaan atau kita sebut juga inventori (bahasa inggris yang di-Indonesia-kan) adalah semua item atau sumber daya yang kita simpan (stok) untuk digunakan dalam proses bisnis perusahaan/organisasi. Bentuknya bisa bermacam-macam, mulai dari bahan mentah, barang setengah jadi, barang jadi atau juga komponen pendukung proses produksi. Oleh karena itu, setiap perusahaan pasti memiliki persediaan, hanya saja volumenya saja yang berbeda. Karena setiap item tadi memiliki nilai (biaya yang sudah dikeluarkan untuk mendapatkannya), maka nilai persediaan dapat kita hitung. Idealnya nilai persediaan ini dapat kita kelola dengan tepat agar tidak membebani perusahaan tanpa mengurangi service level kepada pelanggan.

Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan atau ada juga yang menyebutnya sebagai sistem manajemen persediaan adalah sistem manajemen (merancang, mengeksekusi dan mengevaluasi) persediaan dengan instrumen kebijakan terkait dengan:
(i)       kapan pemesanan kembali harus dilakukan
(ii)     berapa besar jumlah item yang harus dipesan
(iii)   berapa rata-rata level persediaan yang harus dijaga
Dengan pengertian semacam ini, paling tidak perusahaan memiliki panduan mengenai apa saja yang harus diputuskan dalam setiap model persediaan yang dipilih.
Pengendalian persediaan merupakan aktivitas mempertahankan jumlah persediaan pada tingkat yang dikehendaki. Pada produk barang, pengendalian persediaan ditekankan pada pengendalian material. Pada produk jasa, pengendalian diutamakan sedikit pada material dan banyak pada jasa pasokan karena konsumsi sering kali bersamaan dengan pengadaan jasa sehingga tidak memerlukan persediaan.

2.2.   Jenis-jenis Persediaan

Freddy  Rangkuti dalam bukunya “Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis” (2002;8&15) menjelaskan jenis-jenis Persediaan terdiri dari 2 karakteristik :
1)   Jenis-jenis Persediaan menurut Fungsi antara lain :
·      Batch Stock, persediaan yang didakan karena membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan saat itu.
·      Fluctuation Stock, persediaan  yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.
·      Anticipation Stock, persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan atau permintaan yang meningkat.
2)   Jenis-jenis Persediaan menurut Jenis dan Posisi Barang antara lain :
·      Persediaan Bahan Mentah (Raw Material), yaitu persediaan barang-barang berwujud, seperti besi, kayu serta komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Menurut Handoko (2002) Persediaan bahan mentah (raw materialis), yaitu persediaan barang-barang berwujud mentah. Persediaan ini dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari para Supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.
·      Persediaan Komponen-Komponen Rakitan (Purchased Parts/Components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, di mana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
·      Persediaan Bahan Pembantu Atau Penolong (Supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.
·      Persediaan Barang Dalam Proses (Work In Process), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi.
·      Persediaan Barang Jadi (Finished Goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa setiap jenis persediaan memiliki karakteristik tersendiri dan cara pengelolaan yang berbeda. Persediaan ditujukan untuk mengantisipasi kebutuhan permintaan. Permintaan ini meliputi: persediaan bahan baku, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir bahan-bahan pembantu atau pelengkap, dan komponen-komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan.
Adapun jenis persediaan menurut jenis permintaan adalah sebagai berikut:
1.  Persediaan barang jadi biasanya tergantung pada permintaan pasar (independent demand inventory).
2.  Persediaan barang setengah jadi dan bahan mentah ditentukan oleh tuntutan proses produksi dan bukan pada keinginan pasar (dependent demand inventory).


2.3.   Manfaat Pengendalian Persediaan

Dalam pengendalian persediaan sudah tentu ada manfaatnya, berikut merupakan manfaat dari manajemen persediaan.

Memanfaatkan Diskon Kuantitas
Diskon kuantitas diperoleh jika perusahaan membeli dalam kuantitas yang besar.Perusahaan membeli melebihi kebutuhan sehingga ada yang disimpan sebagai persediaan.

Menghindari Kekurangan Bahan (Out Of Stock)
Jika pelanggan datang untuk membeli barang dagangan, kemudian perusahaan tidak mempunyai barang tersebut, maka perusahaan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan.Untuk menghindari situasi tersebut, perusahaan harus mempunyai persediaan barang jadi.

Manfaat Pemasaran
Jika perusahaan mempunyai persediaan  barang dagangan yang lengkap, maka pelanggan/calon pelanggan akan terkesan dengan kelengkapan barang dagangan yang kita tawarkan. Reputasi perusahaan bisa meningkat.Di samping itu jika perusahaan selalu mampu memenuhi keinginan pelanggan pada saat dibutuhkan maka kepuasan pelanggan semakin baik, dan perusahaan semakin untung.

Peningkatan Tingkat Pelayanan
Pelanggan tidak hanya meminta kecepatan pengantaran tetapi juga ketepatan, kepercayaan, dan macam-macam pengapalan. Pengintegrasian dengan penjualan meningkatkan pengetahuan pelanggan akan preferensi pengepakan dan pengiriman, dan memungkinkan otomatisasi untuk memenuhi instruksi; indetifikasi dari daerah distribusi untuk dibagi antara beberapa pelanggan atau grup dan mudah untuk menyortir dari staging area dan pergerakan stok. Hal ini menjamin bahwa produk yang benar berada ditempat yang benar pada waktu yang tepat. Tingkat pelayanan tertinggi dapat menyediakan pelanggan sehubungan dengan respons yang cepat terhadap permintaan atau perubahan persyaratan dimana hal ini akan meningkatkan kepuasan pelanggan.

Pengontrolan Persediaan yang Lebih Baik
Fleksibilitas dari distribusi dan penyimpanan barang-barang secara menyeluruh memungkinkan perusahaan untuk memantau dan mengontrol persediaan sesuai dengan bisnis mereka. Akses yang instan terhadap data-data yang kritis meliputi ketersediaan peresediaan, jumlah yang ada, jumlah yang harus diorder lagi dan biaya yang dapat diketahui pada saat itu juga terhadap persediaan untuk direspons secara cepat dalam rangka pengambilan keputusan, sistem dengan kemampuan mengelolah beberapa lokasi yang berbeda-beda memungkinkan manajemen dari gudang-gudang yang berbeda-beda dan penelusuran persediaan melalui lot, secara seri atau menggunakan level.

2.4.   Fungsi Persediaan

Fungsi persediaan yaitu untuk menghindari keterlambatan barang, hilangnya barang dan dengan adanya persediaan, maka operasional perusahaan dapat terus berjalan sehingga pelayanan terhadap konsumen dapat terus berjalan sehingga pelayanan terhadap konsumen dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Menurut Freddy Rangkuti dalam buku “Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis”, fungsi utama persediaan yaitu:
1)        Fungsi Decoupling.
Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar departemen-departemen dan proses-proses individual perusahaan terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para langganan.Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebut Fluctuations Stock.
2)        Fungsi Economic Lot Sizing. Persediaan Lot Size ini perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan atau potongan pembelian., biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko, dan sebagainya).
3)        Fungsi Antisipasi. Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman.Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (Seasional Inventories).

Selain fungsi-fungsi diatas, menurut Herjanto (1997:168) terdapat enam fungsi penting yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan antara lain:
(i)       Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan perusahaan.
(ii)     Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.
(iii)   Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
(iv)   Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan sulit bila bahan tersebut tidak tersedia dipasaran.
(v)     Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas (Quantity Discount).
(vi)   Memberikan pelayanan kepada langganan dengan tersediaanya barang yang diperlukan.

2.5.   Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Pengendalian Persediaan

1)        Struktur biaya persediaan.
a.    Biaya per unit (item cost)
b.    Biaya penyiapan pemesanan (ordering cost)
§  Biaya pembuatan perintah pembelian (purchasing order)
§  Biaya pengiriman pemesanan
§  Biaya transportasi
§  Biaya penerimaan (Receiving cost)
§  Jika diproduksi sendiri maka akan ada biaya penyiapan (set up cost): surat menyurat dan biaya untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan.
c.    Biaya pengelolaan persediaan (Carrying cost)
§  Biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang yang hilang apabila nilai persediaan digunakan untuk investasi (Cost of capital).
§  Biaya yang meliputi biaya gudang, asuransi, dan pajak (Cost of storage). Biaya ini berubah sesuai dengan nilai persediaan.
d.   Biaya resiko kerusakan dan kehilangan (Cost of obsolescence, deterioration and loss).
e.    Biaya akibat kehabisan persediaan (Stockout cost)
2)        Penentuan berapa besar dan kapan pemesanan harus dilakukan.

Menurut Ahyari ( 2003 : 261 ), biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan sehubungan dengan penyelenggaraan persediaan di dalam suatu perusahaan terdiri dari tiga macam, yaitu biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya tetap persediaan.
a.    Biaya Pemesanan
Biaya Pemesanan merupakan biaya-biaya yang terkait langsung dengan kegiatan pemesanan yang dilakukan oleh perusahaan. Hal yang diperhitungkan di dalam biaya pemesanan adalah berapa kali pemesanan dilakukan, dan berapa jumlah unit yang dipesan pada setiap kali pemesanan. Beberapa contoh dari biaya pemesanan antara lain :
1)  Biaya persiapan pembelian
2)  Biaya pembuatan faktur
3)  Biaya ekspedisi dan administrasi
4)  Biaya bongkar bahan yang diperhitungkan untuk setiap kali pembelian
5)  Biaya biaya pemesanan lain yang terkait dengan frekuensi pembelian.
Biaya pemesanan ini seringkali disebut sebagai biaya persiapan pembelian,  set up cost, procurement cost. Pada prinsipnya biaya pemesanan ini akan diperhitungkan atas dasar frekuensi pembelian yang dilaksanakan dalam perusahaan.
b.   Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan merupakan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan sehubungan dengan adanya bahan baku yang disimpan di dalam perusahaan. Beberapa contoh dari biaya penyimpanan antara lain:
Ø Biaya simpan bahan
Ø Biaya asuransi bahan
Ø Biaya kerusakan bahan dalam penyimpanan
Ø Biaya pemeliharaan bahan
Ø Biaya pengepakan kembali
Ø Biaya modal untuk investasi bahan
Ø Biaya kerugian penyimpanan
Ø Biaya sewa gudang per satuan unit bahan
Ø Risiko tidak terpakainya bahan  karena usang
Ø Biaya biaya lain yang terikat dengan jumlah bahan yang disimpan dalam perusahaan yang besangkutan.
Ø Biaya penyimpanan semacam ini sering disebut sebagai carrying cost atau holding cost.



Biaya Tetap Persediaan
Biaya tetap persediaan adalah seluruh biaya yang timbul karena adanya prsediaan bahan di dalam perusahaan yang tidak terkait, baik dengan frekuensi pembelian maupun jumlah unit yang disimpan di dalam perusahaan tersebut. Beberapa contoh dari biaya tetap persediaan antara lain:
v Biaya sewa gudang per bulan
v Gaji penjaga gudang per bulan
v Biaya bongkar bahan per unit
v Biaya biaya persediaan lainnya yang tidak terkait dengan frekuensi dan jumlah unit yang disimpan.

2.6.   Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Persediaan

ü Secara umum besar-kecilnya inventory tergantung pada beberapan faktor:
a)        Lead time, yaitu lamanya masa tunggu material yang dipesan datang.
b)        Frekuensi penggunaan bahan selama 1 periode, frekuensi pembelian yang tinggi menyebabkan jumlah inventory menjadi lebih kecil untuk 1 periode pembelian.
c)        Jumlah dana yang tersedia.
d)       Daya tahan material.

ü Secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan adalah:
a)        Bahan baku, dipengaruhi oleh: perkiraan produksi, sifat musiman produksi, dapat diandalkan pemasok, dan tingkat efisiensi penjadualan pembelian dan kegiatan produksi.
b)        Barang dalam proses, dipengaruhi oleh: lamanya produksi yaitu waktu yang dibutuhkan sejak saat bahan baku masuk ke proses produksi sampai dengan saat penyelesaian barang jadi.
c)        Barang jadi, persediaan ini sebenarnya merupakan masalah koordinasi produksi dan penjualan.

2.7.   Metode Pengendalian Persediaan

Dalam inventory control, ada 3 hal yang harus diputuskan: (i) di level berapa kita harus memiliki stok, (ii) kapan harus memesan kembali dan (iii) berapa banyak ketika memesan. Tentu saja keputusan ini untuk produk yang independen. Selain itu ada Metode Pemeriksaan Terus-menerus (continue review system) dan Metode Pemeriksaan Periodik (periodic review system).
Point (i) ini adalah keputusan yang biasanya diambil paling akhir, setelah kita mengetahui (ii) dan (iii). Orang biasa menyebutnya dengan rata-rata level inventory. Angka ini dapat dinyatakan dengan unit, atau dengan waktu (rata-rata inventory/rata-rata demand per satuan waktu). Jadi misalnya rata-rata level inventory = 100 unit, dan diketahui demand per minggu misalnya 50 unit, maka rata-rata inventory tersebut cukup untuk 2 minggu. Keputusan ini termasuk keputusan penting mengingat rata-rata inventory banyak perusahaan cukup besar, bahkan sangat besar.
Point (ii) adalah titik yang kita kenal dengan ROP (re-order point). Ketika inventory menurun akibat dikonsumsi atau dijual, pada suatu waktu akan menemui titik di mana kita harus segera memesan kembali. Jika situasinya pasti, maka ROP ini dapat ditentukan dengan mudah, yaitu dxL (demand dikalikan dengan Leadtime). Tapi tentu saja tidak ada yang pasti di dunia ini, apalagi dunia bisnis. Oleh karena itu kita memerlukan buffer untuk mengantisipasi ketidakpastian ini. Item terakhir inilah yang kita sebut safety stock. Jadi ROP secara generik dapat dinyatakan dengan dL + Safety Stock. Artinya ROP tidak sama dengan safety stock. Perhitungan safety stock akan saya sampaikan lain kali.
Point (iii) diperlukan ketika kita akan memesan. Metode EOQ ini sudah sangat lama, hampir 1 abad. Tapi sejauh ini masih banyak dipakai oleh banyak perusahaan. Bahkan vendor paket ERP pun memasukkan komponen ini dalam modulnya. Silakan lihat di buku-buku operations management rumusnya.


a)   Metoda EOQ (Economic Order Quantity)
Asumsi:
1.    Kecepatan permintaan tetap dan terus menerus.
2.    Waktu antara pemesanan sampai dengan pesanan dating (lead time) harus tetap.
3.    Tidak pernah ada kejadian persediaan habis atau stock out.
4.    Material dipesan dalam paket atau lot dan pesanan dating pada waktu yang bersamaan dan tetap dalam bentuk paket.
5.    Harga per unit tetap dan tidak ada pengurangan harga walaupun pembelian dalam jumlah volume yang besar.
6.    Besar carrying cost tergantung secara garis lurus dengan rata-rata jumlah persediaan.
7.    Besar ordering cost atau set up cost tetap untuk setiap lot yang dipesan dan tidak tergantung pada jumlah item pada setiap lot.
8.    Item adalah produk satu macam dan tidak ada hubungan dengan produk lai

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum menghitung EOQ:
D: Besar laju permintaan (demand rate) dalam unit per tahun.
S: Biaya setiap kali pemesanan (ordering cost) dalam rupiah per pesanan
C: Biaya per unit dalam rupiah per unit
i: Biaya pengelolaan (carrying cost) adalah persentase terhadap nilai persediaan per tahun.
Q: Ukuran paket pesanan (lot size) dalam unit
TC: Biaya total persediaan dalam rupiah per tahun.
H: Biaya penyimpanan ( rupiah / unit / tahun )


Biaya pemesanan per tahun (Ordering cost):
      OC      = S (D/Q)

Biaya pengelolaan persediaan per tahun (Carrying cost)
      CC       = ic (Q/2)

Maka, total biaya persediaan:
      TC       = S (D/Q) + ic (Q/2)


Terjadi keseimbangan antara carrying cost dan ordering cost, maka Q dihitung dari:

Q   = Ö(2SD)/ic
b)   Metoda POQ (Periodic Order Quantity)
Period Order Quantity (POQ): Pendekatan menggunakan konsep jumlah pemesanan ekonomis agar dapat dipakai pada periode bersifat permintaan diskrit, teknik ini dilandasi oleh metode EOQ. Dengan mengambil dasar perhitungan pada metode pesanan ekonomis maka akan diperoleh besarnya jumlah pesanan yang harus dilakukan dan interval periode pemesanannya adalah setahun.
Penggunaan POQ:
§  POQ digunakan sebagai pengganti EOQ, bila permintaan tidak uniform.
§  Formula EOQ digunakan untuk menghitung waktu antarpemesanan (economic time between orders)
§  POQ = EOQ/Rata2 pemakaian per minggu
§  Dengan POQ ini kuantitas pemesanan ditentukan oleh permintaan aktual, sehingga akan menurunkan biaya penyimpanan (carrying cost).

c)    Quantity Discount Model
Dalam rangka meningkatkan volume penjualan seringkali perusahaan (supplier) memberikan harga yang lebih rendah kepada pelanggan yang membeli dalam jumlah yang lebih besar. Jadi  harga per unit ditentukan semakin murah dengan semakin banyaknya jumlah yang dibeli.
Dalam model potongan harga ini kita harus mempertimbangkan trade off antara biaya pembelian dengan biaya penyimpanan, dimana semakin banyak jumlah yang dibeli maka biaya pembelian per unit akan semakin menurun, tapi di lain pihak biaya penyimpanan akan semakin meningkat.
Asumsi dalam  Quantity Discount Model
1.        Permintaan Bebas (Independent Demand)
2.        Tingkat permintaan konstan (Demand rate is constant).
3.        Lead time tetap dan diketahui (Lead time is constant and know)
4.        Harga per unit tergantung kepada kuantitas (Unit cost depent on quantity)
5.        Biaya  penyimpanan proporgsional dengan rata-rata tingkat persediaan (Carrying cost depends linearly on the average level of inventory)
6.        Biaya pemesana per pesanan tetap (Ordering/setup cost per order is fixed)
7.        Hanya satu item yang dikendalikan (The item is a single product)
Dalam rangka mencari biaya  terendah dengan menggunakan model ini dimasukan biaya pembelian untuk mencari biaya total, secara matematis ditulis :

                                      D       QH 
                             TC = −  S  +  − +  PD
                                       Q        2


Kalau terdapat beberapa potongan harga, maka untuk menentukan jumlah pemesanan yang akan meminimaliasi biaya persediaan total tahunan, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1.        Hitung nilai EOQ untuk potongan harga tertinggi (harga terendah). Apabila jumlah ini fisibel, artinya jumlah yang akan dibeli mencapau jumlah yang dipersyaratkan dalam potongan harga, maka jumlah tersebut merupakan jumlah pembelian/pesanan yang optimal. Jika tidak lanjutkan ke tahap 2.
2.        Hitung biaya total untuk kuantitas pada harga terendah tersebut.Hitung EOQ pada harga terendah kedua. Jika jumlah ini fisibel hitung biaya totalnya, dan bandingkan dengan biaya total pada kuantitas sebelumnya (langkah 2). Kuantitas optimal adalah kuantitas yang memiliki biaya terendah.
3.        Jika langkah ketiga masih tidak fisibel, ulangi langkah-langkah di atas sampai diperoleh EOQ fisibel atau perhitungan tidak bisa dilanjutkan.


BAB 3
MASALAH DAN PEMBAHASAN

3.1         Studi Kasus

Kasus 1
Kebutuhan Tembakau Kentucky Produk Van Nelle 12 Periode Berikutnya (dalam Kg)
Periode
Kebutuhan
Periode
Kebutuhan
1.
4655
7.
6069
2.
4890
8.
6305
3.
5126
9.
6540
4.
5362
10.
6776
5.
5598
11.
7012
6.
5833
12.
7248
Total = 71.414

3.2         Masalah

Bagaimana Penentuan Persediaan dan Kapankah Waktu Pemesanan yang tepat?

3.3         Penyelesaian

1)  Dengan menggunakan model EOQ
2)  Dengan menggunakan model JIT/EOQ
Kapasitas maksimum yang ideal (m) adalah 1000
Target persediaan (a) adalah 600 unit 
Waktu pengiriman diasumsikan selama 5 kali pengiriman dalam setiap kali pesan.
a)    Perhitungan 1
b)   Perhitungan 2
 

c)    Perhitungan 3

Analisis Hasil
Untuk memenuhi kebutuhan tembakau Kentucky produk Van Nelle setiap tahunnya perlu mengadakan pemesanan bahan dalam waktu yang tepat sehingga dapat diperoleh biaya yang minimal. Dari perhitungan jumlah pemesanan dan total biaya persediaan dengan menggunakan model EOQ dan model JIT/EOQ mempunyai nilai yang tidak sama dimana model JIT/EOQ lebih hemat dibandingkan dengan model EOQ, dari segi biaya model JIT/EOQ lebih minimal. Untuk  mengoptimal model JIT/EOQ dari segi delivery, jika perusahaan mengoptimalkan jumlah pemesanan sesuai dengan target persediaan (a) adalah 600 setiap bulannya maka dapat menghemat biaya persediaan tiap tahun dari jumlah pemesanan dengan model EOQ. Tetapi jika perusahaan dalam mengoptimalkan jumlah pemesanan sesuai dengan kapasitas persediaan maksimum (m) adalah 1000 setiap bulannya maka biaya persediaan per tahun lebih minimal dari jumlah pemesanan berdasarkan  number delivery pada model JIT/EOQ. Hal ini menunjukkan bahwa model JIT/EOQ sangat optimal baik dari segi jumlah pemesanan, waktu
pemesanan. dan total biaya persediaan.

Perbandingan Model EOQ dan Model JIT/EOQ
KETERANGAN
MODEL EOQ
MODEL JIT/EOQ
n = 5
Kapasitas Persediaan
m = 1000
Target Persediaan
a = 600
Kebutuhan/Tahun
71.414
71.414
71.414
71.414
Biaya (T*)
68 Milyar
30 Milyar
28 Milyar
34 Milyar
Jumlah Pemesanan(Q*)
2465
5512
6038
4930
Jumlah Pengiriman (q)

1102
1006
1232
Number Delivery (n)

5
6
4
Frekuensi Pemesanan
28
13
12
14

Kesimpulan
Dari hasil analisis dapat diambil kesimpulan:
    1. Perencanakan dan pengendalikan persediaan bahan baku khususnya Tembakau Kentucky produk Van Nelle dilakukan agar tembakau  tidak menumpuk di gudang yang dapat menyebabkan biaya penyimpanan menjadi besar. Adapun biaya persediaan yang digunakan untuk merencanakan dan mengendalikan persediaan bahan baku yaitu biaya penyimpanan dan biaya pemesanan.
    2. Untuk menentukan kebutuhan bahan baku digunakan peramalan. Agar peramalan mendekati dengan jumlah permintaan sesungguhnya maka metode yang digunakan adalah double exponential smoothing with linear trend karena metode ini dianggap optimal dengan tingkat kesalahan 638,06.
    3. Untuk menentukan jumlah pemesanan dan biaya persediaan yang optimal pada Tembakau Kentucky produk Van Nelle, dengan kebutuhan per tahun 71.414 unit untuk model EOQ diperoleh biaya total persediaan Rp 68 Milyar, jumlah pemesanan 2465 unit setiap kali pesan dan frekuensi pemesanan 28 kali per tahun. Sedangkan untuk model JIT/EOQ diperoleh total biaya persediaan Rp 30 Milyar jumlah pemesanan sebesar 5512 unit dan number delivery sebanyak 5  delivery. Dari hasil tersebut terlihat bahwa model JIT/EOQ lebih optimal dapat menghemat nilai persediaan bahan baku. Dimana jumlah pemesanan dan biaya yang minimum berdasarkan kapasitas persediaan (m) 1000 dengan biaya sebesar 28 Milyar jumlah pemesanan sebesar 6038 unit setiap kali pesan, jumlah pengiriman 1006 unit dan number delivery sebanyak 6 delivery.


BAB 4
PENUTUP

4.1  Kesimpulan

Persediaan (inventory) adalah bahan-bahan atau barang (sumberdaya-sumber daya organisasi) yang disimpan yang akan dipergunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk proses produksi atau perakitan, untuk suku cadang dari peralatan, maupun untuk dijual.
Pengendalian persediaan merupakan aktivitas mempertahankan jumlah persediaan pada tingkat yang dikehendaki. Pada produk barang, pengendalian persediaan ditekankan pada pengendalian material. Pada produk jasa, pengendalian diutamakan sedikit pada material dan banyak pada jasa pasokan karena konsumsi sering kali bersamaan dengan pengadaan jasa sehingga tidak memerlukan persediaan.
Jenis-jenis persediaan terbagi menjadi 2 karakteristik yaitu 1). persediaan sesuai fungsinya terbagi atas Batch Stock, Fluctuation Stock, dan Anticipation Stock.   2). Persediaan menurut jenis dan posisi barangnya terdiri dari : Persediaan Bahan Mentah (Raw Material), PersediaanKomponen-Komponen Rakitan (Purchased Parts/Components), Persediaan Bahan Pembantu atau Penolong (Supplies), Persediaan Barang Dalam Proses (Work In Process), Persediaan Barang Jadi (Finished Goods).
Adapun manfaat dari memanajemeni persediaan yaitu sebagai berikut : Memanfaatkan Diskon Kuantitas, Menghindari Kekurangan Bahan (Out Of Stock), Manfaat Pemasaran, Peningkatan Tingkat Pelayanan, dan Pengontrolan Persediaan yang Lebih Baik.
Faktor yang mempengaruhi pengendalian bahan baku persediaanya sebagai berikut : Perkiraan Pemakaian Bahan Baku, Harga Bahan Baku, biaya-biaya persediaan,  Kebijaksanaan pembelanjaan, Pemakaian Bahan, Waktu Tunggu, Model Pembelian Bahan Baku, Persediaan Pengaman, Pembelian Kembali.


4.1  Saran

Pengendalian persediaan merupakan salah satu topik yang sangat terkait dengan tujuan manajemen operasi, yaitu meminimalkan total biaya dan meningkatkan service level. Mengapa demikian? karena dengan mengelola persediaan dengan tepat perusahaan akan meraih keduanya sekaligus. Jika rata-rata level persediaan dapat diturunkan maka secara tidak langsung salah satu komponen biaya produksi dapat ditekan, yang berujung pada peningkatan margin keuntungan. Satu aspek lainnya yang dapat dicapai dengan pengelolaan persediaan yang tepat adalah service level kepada pelanggan meningkat, atau minimal tidak turun.


DAFTAR PUSTAKA


Nurizal, Muhammad. (2013). Makalah Inventory Management. [Online]. Tersedia: http://muhammadnurizall.blogspot.com/2013/09/makalah-manajemen-persediaan-inventory.html (dilihat: 11 Desember 2013)
Hasanbasri, Mursyid. (2010). Manajemen Persediaan. [Online]. Tersedia: http://manajemenoperasional.com/manajemen-persediaan/ (dilihat: 11 Desember 2013.