MAKALAH
PENERAPAN MANAJEMEN LOGISTIK
untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Manajemen Logistik
Dosen mata kuliah: Bpk. Drs. Budi Santoso,
M.Si
Destia Nur Raisyifa :
1200712
Eva Rosdheana : 1203457
Khemala Yuliani H :
1200872
Larasasti K D :
1200747
Rini Anggraeni : 1203454
PENDIDIKAN
MANAJEMEN PERKANTORAN
FAKULTAS
PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah swt. atas rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Penerapan
Manajemen Logistik” selesai kami susun.
Makalah kami susun untuk memenuhi salah
satu tugas dari mata kuliah Manajemen Logistik yang dibimbing oleh bapak Drs. Budi
Susanto, M.Si. Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih
atas segala partisipasi dari pihak-pihak yang membantu hingga tersusunnya
makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam pembuatan makalah ini. Untuk pembelajaran agar lebih baik ke depannya,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat
menjadi media belajar dan bermanfaat bagi pembaca.
Bandung, Juli 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2.
Rumusan
Masalah ……………………………………………………………….. 2
1.3. Tujuan .................................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1.
Informasi
Logistik .................................................................................................. 3
2.2.
Unsur-
Unsur Transportasi ..................................................................................... 5
2.3.
Keuangan
Pendukung Kegiatan Logistik .............................................................. 9
2.4. Penyebaran Beban Produksi .................................................................................. 13
BAB
III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan............................................................................................................. 23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang Masalah
Manajemen
logistik merupakan kegiatan mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan,
pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material
atau alat-alat. Spesifiknya, logistik sangat erat hubungannya dengan persediaan
barang.
Setiap
kegiatan/bidang pasti terdapat unsur logistik. Contoh kecilnya saja untuk
sekolah seorang anak membutuhkan tas, sepatu serta alat-alat tulis, ini sudah
berhubungan dengan persediaan barang. Dalam organisasi/kepanitiaan pun ada
divisi logistik yang bertugas sebagai penyusun dan penyedia barang yang
dibutuhkan dalam acara. Di perusahaan, rumah sakit, yayasan dan lingkup lainnya
juga tidak terlepas dari manajemen logistik. Meski setiap lingkupnya itu
memiliki penerapan logistik yang berbeda yang sesuai dengan kebutuhannya.
Penerapan
fungsi-fungsi logistik sangat terlihat dalam perusahaan bisnis/perdagangan dan
manufaktur. Disini, unit logistik merencanakan penyediaan barang yang harus ada
di gudang untuk pengiriman kepada pembeli akhir agar alur pengiriman barang
tidak terhambat dan mencari pelanggan baru guna menambah daya jual perusahaan.
Dalam melaksanakan tugasnya, unit logistik biasanya dibantu beberapa
bagian-bagian yaitu sistem analisis, gudang (warehouse), pembelian,
tranportasi, dan distribusi. Contohnya penerapan logistik di PT. Astra
International, Tbk. Perusahaan ini bergerak di bidang otomotif dan manufaktur.
Banyak kegiatan logistik yang dilakukan perusahaan ini, seperti pengadaan suku
cadang kendaraan bermotor untuk ditawarkan ke seluruh bengkel resmi, pengiriman
suku cadang dari Jepang ke Indonesia yang kemudian disimpan di gudang
penyimpanan dan didistribusikan ke bengkel resmi, serta pelayanan jasa perawatan
kendaraan bermotor.
Logistik
merupakan suatu proses yang sangat penting, karena dengan pengelolaan yang
efektif dan efisien akan menjadi salah satu sumber keunggulan kompetitif yang
dapat diciptakan oleh perusahaan. Banyak perusahaan yang memiliki modal besar
tetapi akhirnya bangkrut karena tidak memiliki sistem logistik yang baik.
Sebisa mungkin perusahaan menerapkan sistem logistik dengan biaya yang minimum
untuk menghasilkan produk yang maksimal. Dan tentunya gunakan barang-barang
yang sesuai kebutuhan supaya tidak ada yang sia-sia atau terbuang.
1.2.
Rumusan
Masalah
Masalah
yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Bagaimana
Informasi Logistik penting dalam penerapan Manajemen Logistik dalam suatu
organisasi?
2) Bagaimana
pentingnya unsur-unsur transportasi sebagai penunjang penerapan Manajemen
Logistik?
3) Bagaimana
keuangan pendukung kegiatan logistik dalam organisasi?
4) Bagaimana
agar penyebaran beban produksi konstan dalam organsasi?
1.3.
Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah:
1) Mengetahui
pentingnya informasi logistik dalam penerapan manajemen logistik dalam suatu
perusahaan
2) Mengetahui
pentingnya unsur-unsur transportasi sebagai penunjang pelaksanaan penerapan
manajemen logistik
3) Mengetahui
bagaimana keuangan pendukung kegiatan logistik dalam organisasi
4) Mengetahui
cara agar penyebaran beban produksi konstan dalam organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Informasi
Logistik
Dalam
melaksanakan kegiatan logistik, kita tidak akan dapat meninggalkan tugas
administrasi. Kita sering menjumpai manajer yang baik, tetapi manajer tersebut
tidak mempunyai cukup banyak waktu guna melakukan “karya administrasi”. Hal ini
mungkin disebabkan karena pengalaman kariernya tidak berhubungan erat dengan
masalah administrasi, maka manajer ini akan cenderung menghindar dengan adanya
masalah administrasi. Manajer ini kurang senang pada pemberian ruang beserta
fasilitas administrasinya.
Sebenarnya
hal ini tidak perlu terjadi, manakala manajer yang bersangkutan dapat
mengangkat staf yang akan mengerjakan pekerjaan administrasi itu untuknya.
Tetapi bersamaan ini pula semua individu dalam organisasi harus diberitahu
tentang pentingnya arti administrasi bagi kegiatan logistik pada khususnya dan
bagi organisasi secara keseluruhan. Kepada mereka diperlihatkan pentingnya
nilai dari data statistik yang bisa dimanfaatkan secara baik. Data statistik
ini didapatkan dari bagian administrasi.
Perlu
diketahui bahwa kegiatan administrasi yang mencatat semua data-data kuantitatif
maupun kualitatif akan sangat membantu dalam pelaksanaan logistik. Data-data tersebut
akan memberikan informasi kepada pengelola logistik sehingga mereka dapat
mengambil keputusan dengan baik dan benar.
Ada
beberapa hal yang merupakan kebaikan apabila mengadakan kegiatan administrasi
secara tertib, yaitu:
1)
Pemberian informasi dalam sistem
pengendalian dengan adanya catatan/ dokumen yang tersimpan dengan rapi.
2)
Besarnya resiko yang harus dihadapi oleh
organisasi apabila mengesampingkan kegiatan administrasi.
3)
Kegiatan administrasi sangat bermanfaat
bagi manajer guna mengambil keputusan. Hal ini bisa kita sadari bahwa
pengadministrasian yang tertib akan merupakan “gudangnya” informasi.
4)
Kegiatan administrasi, di dalamnya akan
menyajikan data statistik yang sering digambarkan dalam bentuk grafik guna
menggambarkan semua permasalahan organisasi perusahaan. Hal ini merupakan
informasi yang akurat dalam organisasi yang bersangkutan.
5)
Ada pendapat yang mengatakan bahwa:
“Bisnis tanpa kegiatan administrasi yang tertib maka akan meraba-raba dalam
kegelapan”.
Selain
kegiatan administrasi secara menyeluruh yang merupakan pemberian informasi
logistik, ada faktor lain yang juga sudah disinggung dalam kegiatan
administrasi yaitu faktor statistik. Data statistik disimpan sedemikian rupa,
sehingga catatan bersejarah dalam kurun waktu tertentu secara cepat akan dapat
terlihat kembali. Dari data statistik dapat ditampilkan apa yang terjadi masa
lalu, masa kini, dan yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang.
Statistik
yang biasanya dibutuhkan di bagian gudang, dapat dibagi menjadi:
1)
Luasnya Bisnis
a) Jumlah
pemesanan tiap waktu tertentu.
b) Jumlah
barang yang dipesan tiap kali pesan.
c) Jumlah
rekanan yang terlibat dalam pemesanan.
2)
Volume Pemesanan
a) Jumlah
pesanan di setiap alat transportasi.
b) Ukuran
isi tiap kali pesan.
c) Ukuran
berat tiap kali pesan.
3)
Kecepatan Pemesanan
a) Seringnya
muncul suatu barang dalam tiap kali pesan.
b) Percobaan
suatu barang dengan adanya produk baru.
c) Percobaan
suatu barang dengan adanya diversifikasi dari produk yang sudah menjadi
langganan perusahaan.
4)
Tujuan/ Sasaran
Perbandingan
nilai-nilai yang didapatkan dari faktor-faktor di atas:
a) Sistem
pengiriman (misalnya: kendaraan sendiri, kendaraan sewa atau diantar sampai
tujuan, dengan pesawat, kereta api, dsb).
b) Klasifikasi
(misalnya, zat cair, zat padat atau gabungan keduanya, binatang hidup, barang
bergerak, barang mudah rusak, barang mudah busuk, dsb).
c) Nilai
barang (misalnya: harga perolehan, harga gantian, harga di pasaran, dsb).
Kegiatan administrasi harus dilakukan
dengan cermat dan tertib, sehingga akan
mencerminkan semua tindakan yang terjadi dalam bidang usaha bisnis yang
merupakan informasi akurat yang dapat disimpan dan dapat dipindahkan ke
mana-mana.
Kegiatan administrasi merupakan kegiatan
bisnis yang mempunyai kesamaan sifat dengan kegiatan pergudangan bahan dan
pergudangan barang.
Kesamaan sifat tersebutdapat kita amati
ke dalam beberapa hal berikut ini:
1)
Kita harus mengadakan penyimpanan data
sedemikian tertibnya, sehingga apabila ingin mencari kembali tidak memerlukan
waktu lama.
2)
Kita harus memperoleh data atau membuat
informasi dari berbagai sumber.
3)
Kita harus melibatkan orang lain dan
melibatkan mesin guna melakukan kegiatan tersebut.
4)
Adanya kegiatan yang mempunyai
sifat-sifat yang dapat distandarisasi.
5)
Perbaikan sistem pengendalian yang boleh
dilakukan setelah mengedakan penelitian kerja.
6)
Proses penyelesaian dapat diteliti,
diukur dan dibagi ke dalam beberapa proses yang lebih sederhana.
7)
Semua kegiatan ada pasang-surutnya, hal
ini perlu kita maklumi karena merupakan cerminan volume kerja yang berlangsung
di bagiannya dalam unit organisasi.
2.2 Unsur-
Unsur Transportasi
Transportasi
memberikan keuntungan geografis dalam sistem kegiatan logistik dengan cara
menghubungkan fasilitas perusahaan dengan kegiatan pasar perusahaan. Di suatu
perusahaan biasanya pengeluaran untuk kegiatan transportasi akan lebih besar
dibandingkan biaya operasional lainnya. Biaya transpor industri yang menghasilkan produk bernilai
tinggi adalah rendah, akan tetapi sebaliknya biaya transpor industri yang menghasilkan produk bernilai
rendah seperti bijih besi, bahan
kimia, biayanya akan tinggi. Kebutuhan pelayanan industri sangat berbeda-beda
dari industri satu dengan industri lainnya.
Prasarana
transportasi dilihat dari masing-masing cara transportasi melaksanakan
kegiatannya. Lima cara utama kegiatan transportasi dilakukan dengan:
a) Kereta
Api
b) Jalan
Raya
c) Jalan
Air
d) Saluran
Pipa
e) Penerbangan
Udara
Masing-masing alat transportasi ini
mempunyai kebaikan dan kelemahan terhadap kegitan logistik di perusahaan.
Marilah kita lihat masing-masing cara transportasi yang ada:
a)
Kereta
Api
Sejarah telah mencatat bahwa alat
transportasi yang satu ini menyelenggarakan pengankutan dengan jumlah yang
besar secara efisien untuk jarak-jarak yang jauh sebagai hasil dari pembuatan
jaringan rel yang lengkap sejak dulu yang menghubungkan sebagaian kota di
Indonesia.
Alat transportasi kereta api ini
mempunyai kemampuan untuk mengangkut barang bertonase yang sangat besar, karena
spesifikasi kereta api tersebut. Akan tetapi alat transportasi ini memerlukan
biaya tetap yang cukup tinggi pula, serta pengeluaran biaya lain untuk hak pemakaian
jalan, peralatan langsir dan penggunaan stasiun.
Contoh: Apabila perusahaan kita lebih mudah
berhubungan dengan stasiun kereta api dan sifat barang kita bisa diangkut
dengan kereta api maka hal ini akan lebih baikmenggunakan alat trasnportasi
kereta api. Kendaraan perusahan hanya akan mengangkut barang daristasiun ke
perusahaan atau sebaliknya. Manfaat lainselain biayalebih murah, keamanan lebih
terjaga, unsur kecelakaan lebih kecil.
b)
Jalan
Raya
Alat transportasi jalan
raya bisa dikatakan lebih maju dibandingkan dengan alat transportasi yang
lainnya, karena alat transportasi dengan jalan raya selalu bisa dilalui oleh
kendaraan bermotor. Di sisi lain kendaraan bermotor memiliki fleksibilitas yang
cukup tinggi karena dapat dioperasikan di atas semua jenis jalan raya.
Dibanding dengan alat
transportasi kereta api, kendaraan bermotor relatif kecil investasinya dalam
fasilitas pemilik hak jalan dan pembuatan stasiun , terminal, dan sebagainya.
Sifat lalu lintas kendaraan bermotor sangat tergantung pada pabrik dan
perdagangan. Secara khusus kendaraan bermotor telah merebut lalu lintas rel
yang berkenaan dengan barang dagangan menengah dan ingan, serta hampir seluruh
pengangkutan dari grosir, gudang, toko dan lainnya.
Contoh: hal
ini digunakan apabila perusahaan memang mempunyai lay-out perusahaan yang
strategis dengan jalan raya. Jalan raya memang umum digunakan oleh lalu lintas
darat karena mempunyai sifat fleksibilitas yang cukup tinggi dibanding dengan rel
kereta.
c)
Jalan
Air
Alat transportasi
melalui jalan air merupakan bentuk transpor yang tertua dengan menggunakan
perahu layar, kapal uap dan dalam perkembangannya menggunakan tenaga diesel.
Secara garis besar pengangkutan melalui jalan air dibedakan menjadi dua yaitu
pengangkutan laut dan pengangkutan melalui air di daratan.
Keuntungan utama alat
transportasi melalui jalan air adalah kemampuannya untuk membawa barang dalam
jumlah sangat besar. Perahu diesel mempunyai fleksibilitas yang cuykup tinggi
dibandinbg alat transpor kereta api atau alat transpor melalui jalan raya.
Biaya tetap akan lebih tinggi bila dibandingkan alat transpor melalui jalan
raya, akan tetapi rendah bila dibandingkan dengan alat transpor kereta api.
Kelemahan utama alat
transpor melalui jalan air adalah fleksibilitasnya terbatas dan kecepatannya
yang rendah. Selain itu bila asal dan tujuan dari pengangkutan itu tidak
berdekatan dengan jalan air, maka akan dibutuhkan pengangkutan tambahan dengan
kereta api atau kendaraan bermotor.
Contoh: hal
ini biasanya digunakan oleh saudara kita yang berada di tepian danau, sungai
besar atau pantai, teluk. Lalu lintas air harus digunakan mengingat belum
adanya jalan darat yang memungkinkan seperti di daerah Kalimantan Tengah/
Palangkaraya.
d)
Saluran
Pipa
Alat transportasi
dengan menggunakan saluran pipa biasanya digunakan untuk mengangkut minyak
bumi. Kebaikan alat transportasi ini biaya tetapnya paling tinggi karena
pengaruh pemakaian hak jalan untuk saluran pipa, kebutuhan akan stasiun
pengawas dan kapasitas pemompaan. Saluran pipatidak dapat karya sehingga biaya
variabel operasinya sangat rendah.
Sifat dasar alat
transportasi saluran pipa agak unik jika dibandingkan dengan alat transportasi
yang lain, karena saluran pipa ini dapat beroperasi 24 jam sehari atau 7 hari
seminggu dan hanya dibatasi oleh keperluan untuk mengubah komoditi, kelemahan
yang menonjol adalah barang yang dibawa sangatlah terbatas karena sangat
tergantung diameter pipa dan derasnya arus yang dibawa.
Contoh: hal
ini dilakukan dalam jenis barang tertentu saja. Misal minyak, sepanjang ada
izin dan dana investasi pertama pembuatan pipa maka alat transportasi pipa ini
dalam waktu yang lama akan menguntungkan sekali.
e)
Pengangkutan
Udara
Alat transportasi yang
terbaru adalah pengangkutan lewat udara, daya tarik pengangkutan udara ini
adalah kecepatannya. Traansportasi udara masih lebih banyak merupakan potensi
daripada realitas. Walaupun jarak yang bisa ditempuh tidak terbatas akan tetapi
pengangkutan udara ini terbatas kemampuan mengangkutnya, tersedianya pesawat
udara, kondisi kota yang didarati oleh pesawat udara.
Prospek peningkatan
pemakaian pengangkutan udara dalam operasi logistik tetap cukup baik. Walaupun
pengangkutan udara ini membutuhkan pengangkutan darat sebelum dan sesudahnya, akan
tetapi kecepatan pelayanan di antara dua tempat yang cukup jauh dapat
menurunkan biaya logistik keseluruhannya dengan margin yang cukup besar untuk
mengimbangi biaya pengangkutan udara yang cukup tinggi.
Contoh: pengangkutan
udara dalam dekade sekarang ini banyak digunakan untuk barang yang mempunyai
spesifikasi tertentu seperti harga cukup mahal, waktu harus segera sampai pada
yang bersangkutan, dan sebagainya. Misal: pengiriman surat kabar “Kompas” dari
Jakarta ke beberapa daerah.
2.3 Keuangan Pendukung Kegiatan
Logistik
Syarat keuangan sebagai
pendukung berjalannya dan berhasilnya kegiatan logistik, perlu dipahami dalam
setiap pengambilan keputusan. Kegiatan ini sering dinamakan penganggaran pusat
biaya yang merupakan pusat pertanggungjawaban yang dilakukan oleh perusahaan
guna mengendalikan manajemen yang biasanya diukur dan dinilai dengan uang.
Anggaran keuangan yang tidak besar mengakibatkan terganggunya kegiatan logistik
dan pada gilirannya akan mengganggu solvabilitas dan likuiditas perusahaan.
Dilihat dari sudut pandang pengendalian pembiayaan
dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: Biaya Teknis dan Biaya Kebijakan. Biaya
teknis adalah pengeluaran biaya atau sejumlah uang tertentu yang besarnya
berhubungan erat dengan volume produksi. Contoh: biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan sebagainya. Besarnya biaya teknis dapat ditentukan dengan
pasti, karena biaya tersebut dapat dimonitor melalui volume kegiatan perusahaan
sehari-harinya. Biaya kebijakan adalah pengeluaran biaya atau sejumlah uang
tertentu yang besarnya berhubungan dengan kebijaksanaan manajemen dan tidak
berhubungan dengan volume kegitan produksi perusahaan. Contoh: biaya bagian
pembukuan, biaya akuntansi, biaya administrasi, biaya personalia, dan
sebagainya. Besarnya biaya kebijakan ini kurang bisa dipastikan jumlahnya,
mengingat hal ini disesuaikan dengan kebijakan manajemen. Suatu kebijakan
mempunyai sifat yang sangat relatif di antara pengambilan keputusan. Namun
demikian apabila di suatu perusahaan mempunyai pengalaman yang cukup, maka akan
dapat memperkirakan besarnya biaya kebijakan pada waktu mendatang.
Keselarasan antara
biaya teknis dan biaya kebijakan perlu dijaga agar semua kegiatan perusahan
termasuk kegiatan logistik dapat berjalan dengan lancar. Perlu dicermati terutama
dalam biaya kebijakan, bahwa kepentingan individu, kepentingan kelompok dan
kepentingan organisasi sering mempunyai porsi yang berbeda. Perbedaan-perbedaan
ini harus diantisipasi pelaksanaannya, contoh: kebijakan pembelian komputer
yang sering dilihat dari masing-masing kepentingannya.
Pengendalian pusat
biaya dilakukan melalui penganggaran keuangan/ biaya dan pelaporan keuangan.
Penggunaan anggaran sebagai alat pengendalian pusat biaya. Biaya teknis tidak
akan menimbulkan kesulitan karena ada hubungan yang erat antara masukan dan
keluarannya, contoh: biaya variabel per unit Rp1.000,00 jika perusahaan
memproduksi 100 unit, maka biaya teknis sebesar 100 unit x Rp1.000,00 =
Rp100.000,00. Biaya kebijakan besarnya biaya sering tidak nampak dengan jelas,
maka perlu diadakan penelitian/ pelacakannya. Hal ini bisa dilakukan dengan
bantuan komputer dengan program seperti Microstat, TSP, dan sebagainya.
Penyediaan dana bagi
pelaksanaan kegiatan manajemen logistik merupakan hal yang perlu dicermati.
Kebutuhan dana dalam pelaksanaan logistik juga tidak akan terlepas dari unsur
lain yang ada dalam perusahaan tersebut. Ada beberapa unsur yang mempengaruhi
tinggi rendahnya penyediaan dana, seperti:
1)
Jumlah produksi, semakin besar jumlah
produksi yang dihasilkan tentu saja akan memerlukan jumlah dana untuk logistik
yang cukup besar pula. Mengingat kegiatan peneerimaan bahan, penyimpanan bahan,
pengangkutan bahan dan pngiriman barang. Contoh: produksi 100 unit dana
logistik yang dibutuhkan Rp100.000,00 dan produksi 150 bunit dana logistik yang
dibutuhkan Rp150.000,00, dan seterusnya.
2)
Jumlah pengeluaran, apabila perusahaan
mempunya pengalaman dalam hal penentuan jumlah dana guna membiayai kegiatan
logistik, maka pengeluarannya akan mendekati kenyataan. Contoh: Dana logistik 3
tahun yang lalu dalam 100 unit sebesar Rp100.000,00. Dan dana logistik tahun
kini dalam 100 unit sebesar Rp80.000,00.
3)
Modal, mewrupakan kebutuhan modal baik
yang merupakan modal tetap maupun modal putar dari berbagai bagian yang harus
diperkirakan dalam kebutuhan dana yang berupa uang tunai dalam pelaksanaan
manajemen logistik dalam setiap hari kerja. Contoh: Kebutuhan modal dikumpulkan
dari masing-masing bagian, misalnya: bagian produksi Rp100.000,00, bagian iklan
Rp754.000,00, bagian rumah tangga Rp25.000,00 dan bagian pemasaran
Rp100.000,00, sehingga total kebutuhan dana sebesar Rp300.000,00.
4)
Menyewa atau membeli mesin dan alat
angkutan uatu pertanyaan yang harus dijawab oleh unsur pimpinan bahwa kebutuhan
mesin maupun alat angkutan akan dipenuhi dengan membeli ataupun menyewa dengan
mempertimbangkan kebaikan dan kebrukannya. Contoh: bila membeli mesin seharga
Rp1.000.000,00 dengan umur ekonomis selama 5 tahun, nilai sisa Rp100.000,00
dibanding bila menyewa mesin seharga Rp50.000,00, tiap bulan. Maka kita akan
lebih baik apabila membeli mesin sendiri daripada menyewa.
Selain kebutuhan
penyediaan dana di atas, ada kebutuhan lain yang perlu dipikirkan secara pokok
yaitu masalah alat angkut atau transportasi dalam pelaksanaan logistik. Yang
dimaksud alat transportasi adalah mesin-mesin perusahaan seperti: truk garpu
angkat, garpu angkat hidrolik, gerobak tarik, penyampaian sabuk bertenaga mesin
dan sebagainya. Selain itu semua, mesin-mesin juga kendaraan yang diperlukan
perusahaan seperti truk, mobil pick up, kereta barang dan sebagainya. Yang
termasuk dalam alat transportasi selain mesin dan kendaraan juga meliputi
perlengkapan dari mesin maupun kendaraan yang bersangkutan, seperti: penjepit
muatan, perlengkapan keran, palet, nampan, dan sebagainya.
Dalam bentuk yang sederhana menangani
mesin di perusahaan ada dua pendekatan, yaitu:
1)
Pendekatan mekanisasi
2)
Pendekatan otomasi
Yang dimaksud
pendekatan mekanisasi adalah penanganan di gudang dalam memindahkan barang
dengan perluasan dari kemampuan manusia. Sebagai contoh: garpu angkat untuk
mengangkut barang yang jauh lebih berat daripada menggunakan alat lain. Yang
dimaksud pendekatan otomasi adalah penanganan material di gudang dengan
tindakan yang dilakukan oleh mesin, seolah-olah mesin itu sendirilah yang mengambil
keputusan, mesin itu tanpa diperintah oleh manusia, mesin memilih diantara
beberapa alternatif. Mesin dapat dipersiapkan untuk melakukan beberapa
pekerjaan dengan berbagai alternatif, lalu memilih dan melakukan sendiri
pekerjaannya.
Dalam membicarakan
penanganan alat transportasi selama kegiatan logistik, perlu juga
mempertimbangkan penanganan dan gerak bahan yaitu nampan, palet, dan
sebagainya. Terdapat banyak variasi, semuanya didasarkan atas motif yang sama
dengan membandingkan ciri alat tersebut.
Yang dimaksud dengan
nampan adalah tempat penumpukan barang dan tidak mempunya kaki yang panjang
pada setiap sikunya. Garpu dari truk, garpu angkat disisipkan di antara kaki-kaki
nampan tersebut sehingga peralatan dan muatannya dapat diangkat dengan baik.
Yang dimaksud dengan
palet adalah tempat penumpukan barang yangh terbuat dari nampan dari kayu kuat
dan baik dengan permukaan atas serta bawah semuanya datar. Seperti kue lapis
bagian atas dan bawah dipisahkan oleh balok kayu yang kuat yang ditempatkan pada
sudut-sudutnyaa.
Beda penggunaan antara
nampan dan palet, untuk nampan terutama barang yang ditumpuk pada satu
permukaan baik di atas lantai maupun di dalam ruangan paga. Palet dapat
dipergunakan secara bersusun setiap nampan yang dimuati barang yang tersusun,
sehingga nampan-nampan itu dapat ditumpuk lebih tinggi tanpa menggunakan paga.
Ada lima cara pokok
dalam menggunakan palet dan nampan, yaitu:
1)
Penumpukan Blok
Yaitu penumpukan bersusun, satu disusun di
atas yang lain dengan keuntungan dapat dimanfaatkan secara maksimal, walau
kemudahan perputaran agak sulit dilakukan.
2)
Pemagaan Berkolong
Yaitu menggunakan tangan-tangan yang
menjorok di beberapa jengkang pada paga kayu/ papan kayu. Barang tersebut
dibawa dengan truk garpu angkat, lalu ditaruh di atas palet lewat samping atau
belakang dan diletakkan berbaris di atas tangan yang memanjang tadi.
3)
Pemagaan Palet Tetap
Perputaran sediaan dapat dilakukan dengan
mudah, karena tiap palet dipisahkan satu terhadap lainnya. Sehingga dapat
diabil satu per satu.
4)
Pemagaan Palet Bermobil
Memungkinkan terjadinya arus palet dengan
kecepatan maksimal walau memerlukan ruanghan yang cukup luas. Sisitem ini sama
dengan sederetan paga di atas alas yang dapat dipindahkan dalam tiap blok satu
jalur, guna untuk mengisi dan memilih palet.
5)
Sediaan Bergerak
Cara ini menggabungkan pemakaian ruangan
yang intensif, mudah memilih dan perputaran sediaan yang baik. Terdiri atas
sejumlah penyampai yang dipasang pada satu kerangka yang tunggal sehingga
membentuk blok yang ketat. Palet ditaruh di atas jalur penyampai pada salah
satu ujung menuju ujung blok lainnya. Bila salah satu palet diambil, maka palet
berikutnya di atas jalur akan merosot ke bawah dan siap untuk dibawa.
2.4 Penyebaran Beban Produksi
Perusahaan
pada umunya menghendaki adanya produksi yang selalu sama (konstan) pada
tiap-tiap hari atau tiap-tiap bulannya. Hal ni disebabkan karena pola produksi
konstan ini memudahkan pimpinan perusahaan merencanakan kebutuhan-kebutuhan
tenaga kerja, bahan maupun fasilitas-fasilitas lain yang diperlukan di dalam
berproduksi. Apabila produksi tersebut berfluktuasi, tenaga kerja, bahan maupun
fasilitas-fasilitas produksi juga berfluktuasi sehingga menjadi lebih sulit.
Di
dalam pola produksi yang konstan tersebut berarti volume produksi yang sudah
direncanakan di dalam analisa luas produksi dibagi merata ke dalam tiap-tiap
periode yang pendek yaitu harian atau bulanan atau mingguan, sedangkan didalam
pola produksi yang tidak konstan itu volume produksi tahunan diproduksi/dibagi
di dalam periode-periode pendek yang berbeda-beda jumlahnya; produksi
bulan pertama tidak sama dengan produksi
bulan berikutnya dan seterusnya.
Didalam
merencanakan pola produksi ini terdapat beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan yaitu:
a. Pola
Penjualan
Prosedur pada umumnya berusaha
memproduksi barang untuk dijual. Perusahaan berproduksi untuk memenuhi
kebutuhan penjulaan. Oleh karena itu maka volume penjualan (pola penjualannya)
akan mempengaruhi pola produksinya. Apabila suatu pola penjualan tidak konstan
(bergelombang) dipenuhi dengan pola produksi konstan akan terajdi masalah
penyimpangan barang-barang- hasil produksi yang tidak atau belum laku terjual
pada saat gelombang penjualan itu turun di bawah volume produksinya. Sebagai
akibat masalah penyimpanan itu timbul biaya penyimpanan baik biaya sewa gudang,
biaya asuransi, biaya pemeliharaan untuk menjaga agar barang-barang tetap dalam
kondisi yang baik selama penyimpanan, dan biaya lain. Pola penjualan yang
bergelombang itu biasanya disebabkan oleh pengaruh musim (musim pembelian) yang
disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor musim saat-saat penerimaan gaji,
saat-saat datangnya kebutuhan dan sebagainya.
Biaya
terdiri dari :
1)
Biaya perputaran tenaga kerja
2)
Biaya simpan
3)
Biaya lembur
4)
Biaya subkontrak
1)
Biaya
perputaran tenaga kerja
Biaya ini adalah biaya yang diperlukan guna mencari,
mendapatkan, menarik, melatih dan mempertahankan tenaga kerja yang diperlukan
selama satu periode produksi. Biaya ini akan relative besar pada perusahaaan
yang menggunakan pola produksi yang bergelombang dibanding pada pola produksi
yang konstan. Hal ini disebabkan karena didalam pola yang bergelombang
kebutuhan tenaga kerja juga bergelombang sehingga pada saat tertentu perlu ada
pengeluaran-pengeluaran tenaga kerja yang dibuthkan. Di dalam pola prooduksi
yang konstan maka biaya ini boleh dikata tidak ada atau kecil sekali sebab
kebutuhan tenaga kerja selalu lama.
2)
Biaya
Simpan
Biaya simpan adalah biaya penyimpanan barang-barang
hasil produksi yang tidak atau belum laku terjual. Pada saat dimana jumlah yang
diproduksi lebih besar dari volume penjualan kelebihan ini perlu disimpan unutk
memenuhi penjulan pada saat berikutya yang diperkirakan akan naik.
3)
Biaya
lembur
Pada saat gelombang produksi naik ada kemungkinan perlu
diadakan kerja lembur. Premi atau tambahan upah yang diberikan itu adalah
merupakan upah kerja lembur (over time premium cost).
4)
Biaya
subkontrak
Biaya ini diperlukan untuk memesan pada perusahaan
lain yang dapat memprodusir barang hasil produksi perusahaan kita. Biaya ini
adalah selisih harga pokok produksi kita dengan harga barang itu kalau
subkontrak pada perusahaan lain. Hal ini akan terjadi apabila volume penjualan
melebihi volume produksi.
Perusahaan perlu memesan kepada
perusahaan lain untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan langganan agar supaya
langganan itu tidak lari dari perusahaan, dan pindah menjadi langganan
perusahaan lain.
c. Kapasitas
maksismum fasilitas produksi
Dari
uraian di muka terdapat beberapa jenis pola produksi yaitu :
A. Pola
produksi konstan ( horizontal)
B. Pola
produksi bergelombang
C. Pola
produksi moderat.
Ad.A. Pola produksi konstan yaitu pola produksi dimana jumlah yang
diprodusir setiap hari/ minggu/ bulan itu selalu sama.
Ad.B. Pola produksi bergelombang yaitu pola produksi dimana jumlah yang
dihasilkan pada setiap hari/ minggu/ bulan itu tidak selalu sama.
Ad.C. Pola produksi moderat sebenarnya merupakan pola produksi yang
bergelombang hanya saja diusahakan agar
bergelombang produksi itu tidak terlalu tajam sehingga dapat mendekati konstan.
Di dalam merencanakan pola yang tepat
bagi produksi suatu perusahaan dapat dipergunakan analisa biaya tambahan
(incremental cost) dari biaya tersebut diatas terhadap biaya produksi total
yang sudah direncanakan semula di dalam program produksi atau luas produksi.
Biaya tambahan itu akan terjadi bila luas produksi dipecah-pecah untuk periode
pendek yang dapat mengakibatkan kenaikan-kenaikan biaya yang berupa biaya
perputaran tenaga lembur, biaya lembur, biaya simpan dan biaya subkontrak. Masing-masing
pola produksi akan memiliki biaya tambahan yang berbeda-beda, oleh karena itu
dapat kita pilih pola produksi mana yang kan menimbulkan biaya tambahan yang
paling kecil. Untuk memahami masalah perencanaan pola produksi ini baiklah kita
ikuti contoh persoalan yang dihadapi suatu perusahaan sebagai berikut.
Suatu perusahaan menghadapi pola penuan
bergelombang yang tergambar pada skema di bawah :
Triwulan :
|
Jumlah Penjualan
|
I
II
III
IV
|
200 unit
450 unit
1100 unit
400 unit
|
Perusahaan akan memenuhi penjualannya
itu dengan salah satu dari 3 alternatif pola produksi yang diajukan yaitu :
1.
Pola yang konstan, sebesar 500 unit tiap
triwulan.
2.
Pola yang bergelombang mengikuti atau
sesuai dengan gelombang penjualannya hanya saja maksimum produksinya hanya akan sebesar kapasitas maksimum yang dimiliki
oleh fasilitas produksi yatu sebesaar 1.000 satuan per triwulan, lebih biak
dari itu tidak dapat tercapai, jadi harus ditutup dari persediaan dan atau dari
subkontrak kepada perusahaan lain.
3.
Pola produksi moderat yaitu 400 satuan
tiap triwulan pada triwulan pertama dan kedua , sedangkan pada triwulan ke tiga
dan ke empat masing-masing sebesar 800 satuan.
Data
yang ada pada perusahaana menunjukan keadaan bahwa :
a.
Biaya penyimpanan barang-baranag hasil
produksi adalah Rp 80,00 persatuan pertriwulan
b.
Setiap kenaikan hasiil produksi sebesar
200 satuan diperlukan biaya perputaran tenaga kerja sebesar Rp.4.000,00
sedangkan penurunan hasil produksi tidak perlu ada biaya
c.
Upah kerja lembur harus dibayarkan
apabila hasil produksi lebih besar daripada 700 satuan dengan premi sebesar Rp.
100,00 persatuan triwulan.
d.
Biaya subkontarak kalau kita pesan pada
perusahaan lain adalah sebesar Rp. 100,00 persatuan
Dari data tersebut diatas dapatlah
dipilih alternative pola produksi yang paling baik yaitu akan mendatangkan
ongkos tambahan yang terendah.
Pola produksi konstan (I), Moderat (II),
dan bergelombang (III)
I = pola produksi konstan
II = pola produksi moderat
III = pola produksi bergelombang
Dari gamabar histogram itu dapat kita
perhitungkan biaya tambahan masing-masing pola produksi seperti terlihat pada
Tabel 3.1
Dari perhitungan itu maka dapat diambil
kesimpulan bahwa pola produksi yang paling baik adalah pola produksi yang
ketiga yaitu pola produksi yang bergelombang karena dengan pola produksi
tersebut biaya tambahannya terendah dibanding dengan biaya pola produksi yang
lain.
Tabel
3.1
Perhitungan
Biaya dalam Pola Produksi
Biaya
|
Pola produksi
Konstan
|
Pola produksi moderat
|
Pola produksi bergelombang
|
1.
Biaya perputaran tenaga kerja
2.
Biaya simpan
3.
Biaya lembur
4.
Biaya subkontrak
|
Rp 0,00
60.000,00
0,00
25.000,00
|
Rp 8.000,00
60.000,00
20.000,00
15.000,00
|
Rp. 16.000,00
-
30.000,00
10.000,00
|
Total ongkos tambah
|
Rp. 85.000,00
|
Rp. 103.000,00
|
Rp. 56.000,00
|
Perhitungan angka-
anagka Tabel 3.1
Bagi pola produksi konstan dapat
diperhitungakn biaya tembahannya, sebgai berikut:
a.
Biaya
perputaran tenaga kerja
Dalam pola produksi konstan makan produksi tiap
triwulan akan selalu sama atau tetap besarnya, oleh karena itu tidak akan
terjadi perputaran tenaga kerja berhubung kebutuhan tenaga kerjanya juga tidak
berbeda antara triwulan yang satu dengan yang lain.
Hal ini berarti perusahaan tidak menanggung baiya
perputaran tenag kerja. Keadaan inilah yang sebenarnya merupakan kabaikan dari
pola produksi konstan, disamping kebaikan kebaikan yang lain seperti, hubungan
dengan supplier menjadi laebih baik, modal kerja karyawan menjadilebih tinggi
dan sebagainya.
b.
Biaya
simpan
-
Pada triwulan 1 produksi kita adalah 500
unit sedangkan permintaan hanya sebesar 200 unit, berarti terdapat kelebihan
produksi di atas permintaan sebesar 300 unit. Kelebihan produksi tersebut harus
disimpan dan menanggng biaya simpan sebesar 300 X Rp 80,00 = Rp 24.000,00.
-
Pada triwulan 2 produksi tetap 500 unit
sedangkan permintaan sebesar 450 unit, berarti masih terjadi kelebihan produksi
pada triwulan itu sebesar 50 unit. Disamping itu kelebihan produksi pada triwulan
1 dan triwulan 2 ini masih harus kita simpan juga. Oleh karena itu maka kita
pada triwulan 2 ini harus menanggung beban biaya penyimpanan untuk kelebihan
produksi pada triwulan 2 sebesar 50 unit dan kelebihan produksi pada triwulan 1
sebesar 300 unit, total menjadi 350 unit. Jadi biaya simpan yang ditanggung
pada triwulan 2 adalah 350 X Rp. 80,00 = Rp.
28.000,00
-
Pada triwulan 3 produksi kita tetap sebesar 500 unit padahal
permintaan naik menjadi 1100 unit, berarti terjadi kekurangan produksi sebesar
600 unit. Akan tetapi pada saat itu akan memeiliki persediaan dari triwulan
sebelumnya sebesar 350 unit, yaitu 300 unit dari triwulan 1 dan 50 unit dari
triwulan 2. Oleh karena itu kekurangannya adalah 600 unit dikurangi 350 unit
atau 250 unit saja. Kekurangan ini tidak menimbulkan biaya simpan akan tetapi
justru harus ditutup dengan subkontrak dari perusahaan lain. Perhitungan biayaa
subkontrak dapar dilihat di bawah.
-
Pada triwulan 4 produksi masih tetap 500
unit karena konstan, sedangkan permintaan turun menjadi 400 unit, sehingga
berakibat terjadi over produksi lagi sebesar 100 unit. Berarti kita harus
menaggung biaya simpan sebesar 100 x Rp 80,000 = Rp 8.000,00. Oleh karena itu makan total biaya simpan yang
ditanggung oleh perusahaan adalah:
Triwulan 1 =
Rp. 24.000,00
Triwulan 2 = 28.000,00
Triwulan 3 = -
Triwulan 4 = 8.000,00
Total =
Rp. 60.000,00
c.
Biaya
kerja lembur
Bagi pola produksi konstan ini tentu
saja tidak terjadi kerja lembur karena jumlah produksi selalu sama pada tiap triwulan,
hal ini juga merupakan kebaikan dari pola produksi konstan. Disamping itu
terdapat data bahwa kerja lembur baru akan terjadi bila produksi kita melebihi
700 unit. Oleh karena itu berarti tidak menanggung biaya kerja lembur.
d.
Biaya
subkontrak
Biaya subkontrak akan terjadi apabila kita mengalami
kekurangan produksi untuk menutup permintaan. Hal ini terjadi pada triwulan 3
di mana produksi hanya 500 unit ditambah persediaan yang masih ada 350 unit.
Jumlah tersebut tidak mampu menutup kebutuhan yang pada saat itu sebesar 1100
unit, sehingga terjadi kekurangan sebanyak 250 unit. Jumlah itu harus
disubkontrakkan pada perusahaan lain, dan akan menanggung biaya subkontrak
sebesar 250 x Rp. 100,00 = Rp.
25.000,00.
Rekapitulasi biaya bagi
pola produksi konstan adalah sebagai berikut :
-
biaya perputaran tenaga kerja = Rp. –
-
biaya simpan = Rp. 60.000,00
-
biaya
kerja lembur =
Rp. –
-
biaya subkontrak = Rp. 25.000,00
Jumlah = Rp. 85.000,00
Bagi pola
produksi moderat:
a.
Biaya
perputaran tenaga kerja
Dari triwulan 1 ke triwulan 3 terdapat kenaikan
produksi dari 400 unit menajdi 800 unit, atau kenaikan sebesar 400 unit.
Padahal tiap kenaikan produksi sebesar 200 unit akan mengakibatkan biaya
perputaran tenaga kerja sebesar Rp. 4.000,00.
Oleh karena itu akan
terdapat biaya perputaran tenaga kerja sebesar :
b.
Biaya
simpan
-
Pada triwulan 1 terdapat kelebihan
produksi diatas permintaan yaitu 400 unit – 200 unit. Jadi harus menaggung
biaya simpan sebesar = 200 x Rp. 80,00 = Rp. 16.000,00
-
pada triwulan 2 permintaan 450 unit
sedangkan produksi hanya 400 unit, jadi terdapat kekurangan 50 unit. Kekurangan
ini ditutup dari persediaan pada triwulan 1 sebesar 200 unit, sehingga masih
harus menyimpan barang sebesar 150 unit aytau 150 x Rp 80,00 = Rp. 12.000,00
-
Pada triwulan 3 produksi sebesar 800
unit sedangkan permintaan sebesar 1100 unit , jadi kekeurangan sebear 300 unit.
Akan tetapi kita masih memiliki persediaan dari triwulan 2 sebesar 150 unit,
oleh karena itu kekurangan produksi tinggal 150 unit saja. Hal ini berarti
tidak menaggung biaya simpan akan tetapi justru harus membayar biaya subkontrak
untuk menutup kekurangan produksi tersebut ( lihat perhitungan biaya
subkontrak)
-
Pada tri wulan 4 terdapat kelebihan
produksi 800 unit sedangkan permintaan hanya 400 unit. Kelebihan produksi
sebesar 400 unit ini akan menanggung biaya simpan sebesar = 400 x Rp 80,00 = Rp. 32.000,00.
-
Total biaya simpan berarti :
Triwulan
1 = Rp. 16.000,00
Triwulan
2 = Rp. 12.000,00
Triwulan
4 = Rp. 32.000,00
Jumlah = Rp 60.000,00
c.
Biaya
kerja lembur
Kerja lembur terjadi pada triwulan 3 dan ke-4 karena
pada saat itu produksi melebihi 700 unit. Jadi masing-masing triwulan
menanggung biaya kerja lembur untuk kelebihan di atas 700 unit itu sebesar Rp. 100,00 tiap unit.
-
Pada triwulan 3 biaya kerja lembur =100x
Rp. 100,00 = Rp.10.000,00
-
Pada triwulan 4 = 100x Rp. 100,00 = Rp.
10.000,00
Jumlah biaya kerja lembur = Rp. 20.000,00
d.
Biaya
subkontrak
Seperti telah dibahas dimuka pada triwulan 3 akan
terjadi kekurangan produksi dan persediaan untuk menutup permintaan. Kekurangan
tersebut adalah = 1100 – (800 + 150 ) = 150 unit.
Oleh
karena itu biaya subkontrak = 150 x Rp. 100,00 = Rp 15.000,00
Rekapitulasi biaya bagi pola produksi moderat adalah
:
-
Biaya perputaran tenaga kerja
= Rp. 8.000,00
-
Biaya simpan = 60.000,00
-
Biaya kerja lembur = 20.000,00
-
Biaya subkontrak = 15.000,00
Jumlah = Rp. 103.000,00
Untuk
pola produksi bergelombang:
a.
Biaya
simpan
Bagi pola produksi bergelombang tidak akan ada biaya
simpan, karena produksi selalu mengikuti permintaannya, sehingga tidak pernah
terdapat adanya kelebihan produksi di atas permintaan yang harus disimpannya
b.
Biaya
perputaran tenaga kerja
- Dari
triwulan 1 ke triwulan 2 terdapat keanikan produksi sebesar 250 unit atau dari
200 menjadi 450 unit. Oleh karena itu akan menaggung biaya perputaran tenaga
kerja sebesar :
- Dari
trieulan 2 ke triwulan 3 terdapat lagi kenaikan produksi sebesar 550 unit, atau
dari 450unit menjadi 1000 unit (maksimum kapasitas)
Oleh karena itu harus
menaggung biaya perputaran tenaga kerja sebesar:
- Dari
triwulan 3 ke triwulan 4 terdapat penurunan produksi dari 1000 unit menjadi 400
unit.
Keadaan ini dapat
mengakibatkan pengurangan tenaga kerja, dan pengurangan ini dapat berakibat
pelepasan tenaga kerja sehingga menanggung biaya pesangon bagi pekerja yang
bersangkutan. Akan tetapi dalam perusahaan ini ternyata datanya menunjukan
bahwa tidak diperlukan biaya tersebut. Apabila ada tentu saja hanus kita
perhitungkan.
c.
Biaya
kerja lembur
Biaya kerja lembur ini akan terjadi pada triwulan ke-3, dimana
produksi mencapai 1.000 unit, atau 300 unit di atas batas kerja lemburannya
yaitu 700 unit. Oleh karena itu harus membayar biaya kerja lembur sebesar : 300
x Rp. 100,00 = Rp. 30.000,00
d.
Biaya
subkontrak
Pada triwulan 3 permintaan adalah 1100 unit, sedangkan produksi
tidak mungkin mencapai sebanyak itu karena melebihi kapasitas maksimum yaitu
1.000 unit. Oleh karena itu maka terjadi kekurangan sebanyak 100 unit dan harus
ditutup dengan subkontrak yang ditanggung adalah = 100 x Rp. 100,00 = Rp.
10.000,00.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Perlu diketahui bahwa informasi
logistik, yakni kegiatan administrasi yang mencatat semua data-data kuantitatif
maupun kualitatif akan sangat membantu dalam pelaksanaan logistik. Data-data
tersebut akan memberikan informasi kepada pengelola logistik sehingga mereka
dapat mengambil keputusan dengan baik dan benar.
Dalam penerapan manajemen logistik,
unsur transportasi memberikan keuntungan geografis dalam sistem kegiatan
logistik dengan cara menghubungkan fasilitas perusahaan dengan kegiatan pasar
perusahaan. Di suatu perusahaan biasanya pengeluaran untuk kegiatan
transportasi akan lebih besar dibandingkan biaya operasional lainnya. Biaya
transport industri yang menghasilkan produk bernilai tinggi adalah rendah, akan
tetapi sebaliknya biaya transport industri yang menghasilkan produk bernilai
rendah seperti bijih besi, bahan kimia, biayanya akan tinggi. Kebutuhan
pelayanan industri sangat berbeda-beda dari industri satu dengan industri
lainnya.
Syarat keuangan sebagai pendukung
berjalannya dan berhasilnya kegiatan logistik, perlu dipahami dalam setiap
pengambilan keputusan. Kegiatan ini sering dinamakan penganggaran pusat biaya
yang merupakan pusat pertanggungjawaban yang dilakukan oleh perusahaan guna
mengendalikan manajemen yang biasanya diukur dan dinilai dengan uang. Anggaran
keuangan yang tidak besar mengakibatkan terganggunya kegiatan logistik dan pada
gilirannya akan mengganggu solvabilitas dan likuiditas perusahaan.
Keselarasan antara biaya teknis dan
biaya kebijakan perlu dijaga agar semua kegiatan perusahan termasuk kegiatan
logistik dapat berjalan dengan lancar. Perlu dicermati terutama dalam biaya
kebijakan, bahwa kepentingan individu, kepentingan kelompok dan kepentingan
organisasi sering mempunyai porsi yang berbeda. Perbedaan-perbedaan ini harus
diantisipasi pelaksanaannya, contoh: kebijakan pembelian komputer yang sering
dilihat dari masing-masing kepentingannya.
Perusahaan pada umunya menghendaki
adanya produksi yang selalu sama (konstan) pada tiap-tiap hari atau tiap-tiap
bulannya. Hal ni disebabkan karena pola produksi konstan ini memudahkan
pimpinan perusahaan merencanakan kebutuhan-kebutuhan tenaga kerja, bahan maupun
fasilitas-fasilitas lain yang diperlukan di dalam berproduksi.
Di dalam pola produksi yang konstan
tersebut berarti volume produksi yang sudah direncanakan di dalam analisa luas
produksi dibagi merata ke dalam tiap-tiap periode yang pendek yaitu harian atau
bulanan atau mingguan, sedangkan didalam pola produksi yang tidak konstan itu
volume produksi tahunan diproduksi/dibagi di dalam periode-periode pendek yang
berbeda-beda jumlahnya; produksi bulan
pertama tidak sama dengan produksi bulan berikutnya dan seterusnya.